corner1.gif (273 bytes)
        



corner6.gif (591 bytes)
join.gif (2011 bytes)
Perkataan, Pemikiran dan Perbuatan Manusia Bali..!

Email Gratis

Media ini membantu Anda untuk memperoleh pesan-pesan rahasia tentang Bali. Silahkan daftar email Bali News.

Email Login
Password
New users
sign up!
   

.

toplogo1.gif (4428 bytes)


Berita Utama, Minggu ini

  
 
Umat Hindu Seharusnya Protes Terhadap TVRI

Negara Kesatuan Republik Indonesia ini resminya adalah negara demokrasi yang berasarkan UUD 1945 dan Pancasila. Bukan sebuah negara yang berdasarkan atas agama tertentu, dan bukan pula sebuah negara sekuler. Karena itu menyangkut keyakinan dan keimanan terhadap Tuhan YME, negara memberikan kebebasan kepada setiap penduduk untuk memeluk salah satu agama/kepercayaan yang ada.

Negarapun menyatakan wajib bersikap adil terhadap agama-agama yang ada tanpa melihat jumlag atau besar-kecil penganutnya. Semua agama memperoleh kedudukan yang sama. Demikian juga menyangkut hak dan kewajiban setipa penduduk terhadap negara adalah sama, tidak bersangkut paut dengan agaman/kepercayaan yang dianutnya. Demikianlah flatform negara ini.

Namun selalu ada kesenjangan antara yang diidealkan dengan yang berkembang dalam kenyataan, selalu ada gap antara das sollen dengan daszein. Dalam praktek kenegaraan di RI tentulah ditemukan kesenjangan-kesenjangan seperti diuraikan itu.

Ambil contoh misalnya. Departemen Agama banyak membangun sekolah berbasis agama (Islam) mulai dari setara SD sampai eperguruan tinggi yang berstatus negeri. Tapi tidak untuk agama lain. Mengapa terjadi demikian? Itulah salah satu kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Maka dapatlah dimengerti kalau Presiden Gus Dur sampai menyebut bahwa Departemen Agama itu seolah-olah merupakan departemen salah satu agama saja, meskipun di Indonesia ini ada lima agama resmi yang diakui negara.

TVRI sebagai media publik yang dimiliki pemerintah agaknya serupa dengan yang dilakukan Depag. Acara Hikmah pagi yang dimulai pukul 05.30 – 06.00 WIB setiap hari hanya khusus diperuntukkan untuk siar agama Islam. Kenapa untuk agama lain tidak? Inilah pokok persoalannya.

Kalau demikian persoalannya, apa salah apabila umat non-muslim, termasuk umat Hindu untuk menggugat TVRI, setidaknya menyampaikan aspirasi keperihatinan terhadap terhadap kondisi yang tidak fair ini. Karena, bukankah seluruh umat, apapun agama mereka, juga membutuhkan siraman rohani setiap harinya. Sebab jika umat tertentu saja yang rutin diberikan siraman rohani, jangan-jangan nati akan ada kesenjangan tabiat dan prilaku di antara penduduk Indonesia ang majemuk ini. Satu kelompok umat teramat seolah, sementara kelompok umat lain menjadi kurang beradab.

Jika TVRI kemudian memahami sapirasi ini, apakan perlu media masa pemerintah ini menyiarkan acara siraman rohani untuk kelima agama setiap harinya? Menurut hemat saya, tidak perlu harus demikian. Hitung saja seminggu ada tujuh hari, sementara agama resmi ada lima agama. Maka itu jika setiap agama memberikan jatah sekali seminggu berarti ada dua hari yang kosong. Padahal idealnya setiap hari harus ada acara siraman rohani.

Terhadap permasalahan itu, saya punya usul begini. Karena pemerintah Indonesia disamping mengaku lima agama resmi, juga mengakui bentuk-bentuk kepercayaan terhadap Tuhan YME yang masih tumbuh dimasyarakat. Karena itu, menurut hemat saya, acara siraman rohani di TVRI diperuntukan bagi lima agama dan satu kepercayaan. Itu berarti dalam seminggu hanya tinggal satu hari yang kosong. Untuk menghormati mayoritas di republik ini, maka siraman rohani bagi agama Islam dalam acara Hikmah Pagi diberikan dua hari berturut-turut. Misalnya, kalau boleh usul pembagian waktunya, adalah sebagai berikut.

Kamis dan Jumat bagi agama Islam. Sabtu pagi bagi agama Katolik, dan Minggu untuk Protestan. Sementara untuk hari Senin untuk Agama Hindu serta Selasa bagi agama Buddha. Sedangkah hari Rabu bagi penghayat kepercayaan terhadap Tuhan YME.

Jikalau usulan di atas dapat diterima, saya juga menyarankan agar durasi acara itu diperpanjang menjadi satu jam penuh. Dengan catatan mimbar-mimbar agama tidak perlu diacarakan pada siang, sore, maupun malam harinya. Dengan kata lain acara Hikmah Pagi itu sekaligus sebagai acara mimbar agama karena alokasi waktunya sudah diperpanjang menjadi satu jam. Maka selepas acara Hikmah Pagi, TVRI bisa efektif menjumpai pemirsanya dengan menyuguhkan acara-acara yang bersifat pendidikan umum, informasi aktual, hiburan, ilmu pengetahuan, atau ekonomi dan politik.

Jadi jika seseorang ingin memperoleh siraman rohani dan pendalaman ajaran agamanya, maka tinggal mengingat jadwal siaran sesuai dengan kesepakatan. Seumpama ulasan di atas dapat diterima, maka yang memeluk agama Islam duduklah di hadapan TV anda pada hari Kamis dan Jumat mulai pukul 05.00 – 06.00 WIB di TVRI. Sementara umat Katolik pada hari Sabtu, dan seterusnya..

Bila usulan-usulan di atas dapat diakomodir oleh TVRI, maka media pemerintah ini akan terhindar dari tuduhan diskriminatif dan ketidakadilan. Sebab pada hakekatnya TVRI didirikan bukanlah dengan maksud untuk menjadi sorong siar salah satu agama tertentu.

Selain ini TVRI sulit mengelak dari tuduhan berat sebelah. Karena memprioritaskan agama tertentu, tidak hanya dalam acara Hikmah Pagi dan mimbar agama, tapi juga dalam kemasan acara-acara lain benyak terselip siar satu agama saja. Sehingga umat tertentu lainnya sering menggerutu sambil mengurut dada menyaksikan tayangan-tayangan TVRI.

Sekarang adalah era reformasi dan keterbukaan. Karena itu sewajarnya TVRI merespon positif aspirasi ini. Semoga pikiran baik datang dari segala pihak (arah)

I Made Mustika


Sumber: Raditya2000

  
Social Budaya
Adakah Setan dalam Hiduisme
Saraswati Mensyukuri Sumber Keweruhan
LPD Desa Adat Buduk, Pemberian Kredit tak dibatasi




 

balinewslogo.gif (1652 bytes)

Search
   
Porum Diskusi Bali News Click here

Politik
Ida Bagus Wesnawa, "Kepala Kita Sudah Terbakar"