corner1.gif (273 bytes)
        



corner6.gif (591 bytes)
join.gif (2011 bytes)
Perkataan, Pemikiran dan Perbuatan Manusia Bali..!

Email Gratis

Media ini membantu Anda untuk memperoleh pesan-pesan rahasia tentang Bali. Silahkan daftar email Bali News.

Email Login
Password
New users
sign up!
   

.

toplogo1.gif (4428 bytes)


Berita Utama, Minggu ini

  
 
Perjudian di Bali Menodai Citra Hindu

I Made Mustika

Tentang keindahan pulau Bali dan keunggulan kebudayaan masyarakat pendukungnya, sudah banyak ditulis orang. Banyak orang luar terkagum kagum pada keindahan dan kebudayaan Bali. Sehingga muncullah ungkapan-ungkapan yang menyebutkan Bali sebagai Pulau Dewata, Pulau Sorga, Pulau Seribu Pura, dan seterusnya.

Sebutan-sebutan itu tentu saja membanggakan bagi masyarakat Bali. Apalagi dalam berinteraksi sosial, masyarakat Bali juga terkenal sangat terbuka dan bersahabat. Maka semakin seringlah pujian mengalir dari berbagai pihak tertuju kepada masyarakat Bali. Sampai di sini, pujian dan sanjungan itu tampaknya memang patut dijadikan suatu kebanggaan.

Tapi, apakah masyarakat Bali tidak memiliki berbagai kelemahan dan kekurangan? Tentu dan pasti ada. Salah satu kebiasaan buruk masyarakat Bali adalah gemar berjudi, terutama sekali judi tajen yang sudah dianggap sub kebudayaan masyarakat Bali itu sendiri. Sebenarnya bukan tajen saja jenis judian yang digemari masyarakat Bali, tapi hampir semua jenis bentuk perjudian. Jika diurut lima besar permainan judi yang digemari masyarakat Bali adalah tajen, ceki (jenis kartu), bola adil atau bola-bolaan, dadu kocok, dan domino atau dam (jenis kartu). Jika diurut lebih panjang lagi tentu masih ada seperti jenis trui, bakaran, cong, dll.

Andai saja, sekali lagi andai saja, masyarakat Bali tidak memiliki kegemaran berjudi yang demikian tinggi, maka pulau Bali beserta isinya nyaris sempurna. Sebutan sebagai Pulau Dewata hendaknya tidak hanya menyatakan bahwa masyarakat Hindu di Bali menyembah Dewa-dewa selain Hyang Widhi (Tuhan). Tapi lebih dari itu diharapkan masyarakat Hindu di Bali memiliki watak yang bersifat kedewataan, yang tercermin dari sikap serta perilaku sehari-harinya.

Judi oleh semua agama, termasuk agama Hindu, mengklasifikasikan sebagai bentuk perbuatan dosa. Karena itu, segala bentuk perjudian sepatutnya dihindari oleh setiap umat. Apalagi bila perjudian itu dilaksanakan di dekat pura (tempat peribadatan) tentu akan menimbulkan citra yang buruk bagi Hindu. Bersikap permisif saja terhadap judi, sudah menimbulkan citra buruk, apalagi bila itu dilakukan di dekat pura dan pada waktu diadakan piodalan/upacara. Tentu citra buruk itu lebih kental lagi penampakannya. Orang luar akan bertanya, bagaimana mungkin umat Hindu datang ke pura melakukan dua tindakan kontradiktif sekaligus yakni bersembahyang dan berjudi?

Cobalah direnungkan, andai pertanyaan itu datang tiba-tiba kepada Anda, lalu apa jawaban yang akan diberikan. Kalau faktanya sudah demikian, masihkah bersilat lidah itu diperlukan. Saya kira tidak. Itu artinya, dengan merebaknya perjudian di Bali, memberikan dampak yang kurang menguntungkan buat perkembangan Hindu. Hindu seolah-olah identik dengan perjudian. Kesan ini tentu saja tidak benar, tapi seolah-olah menjadi benar gara-gara faktanya ada di tengah-tengah masyarakat Bali, walaupun secara relatif tidak begitu besar.

Besar tidak besar jumlah masyarakat Bali yang gemar bermain judi, itu tidaklah penting benar. Sebab suku atau kelompok masyarakat manapun di dunia ini pasti memiliki sejumlah kekurangan dun kelemahan, apakah itu Jawa, Batak, Papua, Indian, Aborigin, serta bangsa kulit putih sekalipun. Yang penting untuk dicermati adalah agar perjudian itu tidak melekat dengan sistem peribadatan keagamaan. Tegasnya, kegiatan perjudian jangan membawa-bawa nama agama. Keduanya harus dipisahkan secara tegas.

Karena itu, ke depan, umat Hindu di Bali harus bisa menjawab tantangan ini. Tidak boleh lagi ada kegiatan judi di dalam atau di sekitar pura. Juga tidak boleh sama sekali penggalian dana untuk pembangunan pura diperoleh dari kegiatan judi. Begitu pula pada hari-hari besar keagamaan, setiap umat harus dapat menghormati kesucian hari tersebut dengan tidak melaksanakan perjudian. Begitu pula pada saat-saat mengadakan upacara manusa atau pitra yadnya di rumah masing-masing, agar berpedoman teguh pada pandangan di atas.

Lalu kapan orang Bali boleh berjudi? Idealnya, ya, tidak boleh kapan pun dan dimana pun. Tapi kalau kegemaran berjudi itu memang tidak bisa dihilangkan, maka lakukanlah pada tempat dan waktu yang disesuaikan dengan menghindari hal-hal yang telah disebut di atas. Hanya dengan cara demikian maka agama Hindu akan dibersihkan namanya dari pura judi. Artinya kalau ada orang Bali bermain judi itu bukan berarti agama Hindu yang melegalkan atau mendorong umatnya berjudi. Contoh kasus, bila di banyak tempat ditemukan perempuan-perempuan Jawa melakukan tindak kegiatan WTS, itu tidaklah dapat digeneralisir bahwa agama tertentu mengijinkan umatnya melakukan perbuatan zinah.

Dalam keadaan kondisi sosial yang gerah seperti dewasa ini, marilah masing-masing kelompok saling mengedepankan sisi-sisi positifnya yang diimbangi dengan pembenahan ke dalam melalui pembinaan dan pembenahan demi penyempurnaan segala sesuatunya.

Bagi umat Hindu, sisi-sisi positif yang telah disumbangkan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara selama ini rasanya sudah begitu banyak. Yang mendesak untuk segera dilakukan sekarang adalah pembenahan ke dalam. Berbagai citra buruk yang melingkupinya harus perlahan-lahan dikikis. Sehingga keluhuran Hindu tampak jelas dan membawa berkah serta kedamaian bagi sekalian umat manusia. Dan sebagaimana orang bijaksana berkata, tiada kata terlambat untuk memperbaiki segala kekurangan yang kita miliki.

Idealnya, hal penting yang harus dilakukan umat Hindu sekarang ini dan untuk waktu ke depan adalah dengan meningkatkan srada dan baktinya dengan memperdalam ajaran Weda. Janganlah momok atau asing dengan kitab suci agama kita sendiri. Dan jangan lupa, hindari dan jauhilah segala bentuk perjudian yang ada.

Om ano bhadrah krattawo yantu wistawah. Ya Tuhan, semoga pikiran baik da tang dari segala arah.

Sumber: Raditya2000

  
Social Budaya
Adakah Setan dalam Hiduisme
Saraswati Mensyukuri Sumber Keweruhan
LPD Desa Adat Buduk, Pemberian Kredit tak dibatasi




 

balinewslogo.gif (1652 bytes)

Search
   
Porum Diskusi Bali News Click here

Politik
Ida Bagus Wesnawa, "Kepala Kita Sudah Terbakar"